Soal No.95 Literasi Bahasa Indonesia
Tahun 2023 Indonesia menghadapi dampak fenomena El Nino berupa musim kemarau yang lebih panjang dari biasanya. Fenomena El Nino ini berdampak pada kondisi cuaca yang lebih kering, sehingga curah hujan berkurang, tutupan awan berkurang, dan suhu meningkat. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi kemarau tahun 2023 akan lebih kering dari kondisi normal, bahkan lebih kering dari tiga tahun sebelumnya. Hasil monitoring BMKG hingga pertengahan bulan Juli 2023 menemukan sebanyak 63% zona musim telah memasuki musim kemarau. Beberapa daerah yang terdampak cukup kuat adalah sebagian besar wilayah Sumatra meliputi Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Riau, Bengkulu, Lampung; Seluruh Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi tenggara. Daerah-daerah tersebut diprediksi mengalami curah hujan paling rendah dan berpotensi mengalami musim kering yang ektrem. Prakiraan curah hujan bulanan BMKG menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan bulanan kategori rendah, bahkan sebagian lainnya akan mengalami kondisi tanpa hujan sama sekali hingga bulan Oktober 2023. Masyarakat Indonesia harus tetap waspada terhadap potensi terjadinya bencana kekeringan.
Bencana kekeringan tentu menimbulkan gangguan pada berbagai sektor kehidupan. Sektor yang paling terdampak dari fenomena El Nino adalah sektor pertanian, utamanya tanaman pangan semusim yang sangat tergantung pada ketersediaan air. Dengan demikian, rendahnya curah hujan akan mengakibatkan lahan pertanian mengalami kekeringan dan pada gilirannya petani mengalami gagal panen. Kemarau panjang harus diantisipasi dengan ketahanan pangan komoditas utama.
Berdasarkan kondisi tersebut BMKG, mendorong pemerintah daerah, khususnya daerah yang diprediksi terdampak serius, untuk melakukan langkah mitigasi dan aksi kesiapsiagaan secepat mungkin. Mitigasi bertujuan untuk memastikan ketercukupan ketersediaan air. Caranya dengan melakukan gerakan panen hujan, memasifkan gerakan hemat air, dan menyiapkan tempat cadangan air untuk menghadapi puncak kemarau. Upaya lain yang terkait dengan penyediaan air, BNPB bekerja sama dengan BMKG dan BRIN melakukan rekayasa menurunkan hujan melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menambah suplai air pada danau, embung, sungai, dan sumur. Aksi kesiapsiagaan dilakukan dengan mewaspadai terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla), BNPB telah melakukan apel kesiapsiagaan di enam provinsi prioritas rawan karhutla seperti Sumsel, Riau, Jambi, Kalbar, Kalsel, dan Kalteng.
Tujuan rekayasa menurunkan hujan melalui teknologi modifikasi cuaca adalah ....