Soal No.51 Literasi Bahasa Indonesia
Teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang sehingga kemudahan akses dan ragam informasi semakin meningkat. Produksi dan distribusi informasi berupa teks, gambar, suara, dan video melalui fitur perangkat digital dan beragam aplikasi dapat diakses hanya dengan sentuhan jari. Informasi yang dulu sangat terbatas sekarang menjadi melimpah ruah. Bahkan, informasi yang tidak diinginkan pun datang sendiri melalui grup percakapan digital dan akun media sosial, mulai dari politik, hukum, kriminal, pendidikan, ekonomi, budaya, agama, bencana, gosip, dan undian berhadiah hingga promo diskon. Kendati demikian, informasi yang beredar dan melimpah ruah tersebut masih bercampur baur antara yang hoaks dan tidak hoaks, antara yang posistif dan negatif. Survei AP31 (2022) menyebutkan tingkat penetrasi internet di Indonesia pada 2022 sebesar 99,02%. Dua aplikasi yang paling sering diakses adalah media sosial (89,19%) dan percakapan daring (73,86%). Dua aplikasi tersebut merupakan sumber produksi konten terbesar di ruang digital. Internetvestat (2023) melaporkan per hari sekitar 727 juta tweet dikirimkan, 85 juta gambar diunggah ke Instagram, 7 juta tulisan dikirimkan ke situs daring. Semua itu tentu mengandung informasi, entah valid atau hoaks, entah edukatif atau destruktif.
Kecenderungan pengguna mengunggah dan membagi berbagai informasi melalui akun media social semakin mempercepat limpahan dan kompleksitas informasi yang beredar. Demikian juga dengan kompetisi antarsitus dalam meningkatkan jumlah kunjungan melalui tawaran sajian informasi dengan perspektif yang berbeda, tampilan menarik hingga judul-judul unik dan bahkan bombastis. Kondisi demikian tidak jarang membuat pembaca bingung membedakan tingkat validitas informasi dan sulit menarik intisari informasi. Tantangan terbesar bukan terletak pada usaha mendapatkan akses, melainkan pada bagaimana menyaring limpahan informasi hingga mendapatkan intisarinya. Menyaring informasi bukan sekadar meberikan batasan dengan menggunakan kata kunci tertentu melainkan juga memilih antara yang valid dan tidak valid.
Campur aduknya informasi yang tersaji membuat ruang digital menjadi tidak sehat dan tidak kondusif untuk pengembangan pengetahuan dan karakter serta sebagai media perekat persatuan antaranak bangsa. Oleh karena itu, mewujudkan ruang digital yang sehat menjadi penting. Penguatan literasi digital adalah kuncinya, utamanya pada pilar etika digital.
Simpulan yang paling relevan dengan isi bacaan adalah....
(A) kecenderungan pengunggahan dan pendistribusian informasi melalui media sosial mempercepat limpahan dan kompleksitas informasi.
(B) kompetisi antarsitus dalam meningkatkan jumlah kunjungan dilakukan dengan menawarkan sajian informasi atraktif.
(C) kondisi keberlimpahan informasi membingungkan pembaca untuk membedakan tingkat validitas suatu informasi.
(D) usaha menyaring berbagai informasi dan mendapatkan intisarinya merupakan tantangan terbesar di era informasi ini.
(E) kegiatan menyaring informasi merupakan usaha memilah informasi valid/tidak valid dan hoaks atau tidak hoaks.