⏪ Soal Sebelumnya Daftar Soal Soal Selanjutnya ⏩

Soal No.105 Literasi Bahasa Indonesia

SNBT 2025

Pengelolaan hutan mangrove yang dipadukan dengan budi daya perikanan dikenal dengan istilah silvofishery atau wanamina (wana = hutan; mina = ikan). Konsep wanamina memadukan jasa ekosistem hutan mangrove untuk meningkatkan produktivitas budi daya perikanan. Konsep ini sejalan dengan prinsip ekonomi biru (blue economy). Wanamina memiliki dua konsep, yait konsep lama dan konsep baru. Konsep lama disebut Low External Input Sustainable Aquaculture (LEISA) yang mengandalkan monokultur yang menghasilkan produksi rendah secara ekonomi maupun ekologi. Di lain pihak, konsep baru disebut Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA) yang mengandalkan polikultur sehingga produksi perikanan dan jasa ekosistem menjadi tinggi.

Dalam konsep LEISA, mangrove dibiarkan tumbuh secara tidak beraturan di daerah tambak sehingga menghambat pertumbuhan budi daya tambak karena tajuk-tajuknya menghalangi masuknya cahaya ke dalam air dan mengakibatkan asupan O2 yang rendah. Adapun dalam konsep IMTA, tempat tumbuhnya mangrove diatur dengan baik sehingga terdapat area yang cukup luas untuk masukya cahaya matahari ke permukaan perairan. Dalam konsep ini, mangrove ditanam seperti pagar yang mengelilingi tambak atau ditanam secara berkelompok di dalam tambak. Konsep ini dapat mencegah abrasi dan menyediakan ruang untuk sedimentasi sehingga kesuburan ekosistem mangrove lebih terjaga. Pada konsep IMTA juga dilakukan wanamina polikultur sehingga menghasilkan beragam hasil panen, seperti ikan, udang, kepiting, kerang dan rumput laut yang meningkatkan potensi ekonomi petambak.

 

Keuntungan utama IMTA dibandingkan LEISA adalah

  1. menghasilkan satu komoditas produk perikanan
  2. meningkatkan jumlah predator di tambak
  3. menumpuk serasah daun di pesisir
  4. meningkatkan kandungan oksegen di ekosistem perairan
  5. mencegah masuknya biota liar ke ekosistem tambak

Kamu harus berlangganan platinum untuk bisa menggunakan layanan ini