Dibandingkan program studi di bidang kesehatan lainnya, Program Studi Fisioterapi memang kalah popyular.
.
.
Apakah karena orang Indonesia masih suka ke tukang pijat dan urut daripada ke fisioterapis?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kenali lebih dalam apah ituh fisioterapi...
.
Menurut Kepmenkes RI No.778 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelayanan Fisioterapi Di Sarana Kesehatan, Fisioterapi adalah suatu pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk individu dan atau kelompok dalam upaya mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan modalitas fisik, agen fisik, mekanis, gerak, dan komunikasi.
.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cakupan Fisioterapi tidak sebatas pemulihan saja, tetapi juga dalam hal memelihara dan mengembangkan komponen penggerak tubuh. Oke?
.
.
.
Pendidikan Fisioterapi di indonesia memang masih belum seperti negara maju. Tapi perlahan, semakin hari semakin banyak perguruan tinggi yang tertarik untuk mengembangkannya.
Salah satu perguruan tinggi yang memiliki perhatian paling tinggi pada bidang ini adalah Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kampus ini membuka program studi fisioterapi mulai dari jenjang pendidikan vokasi yaitu D3 sampai jenjang profesi. Selain itu, saat ini Universitas Muhammadiyah Surakarta adalah satu-satunya kampus yang mendapatkan Akreditasi A untuk program sarjana.
Ngomong-ngomong masalah jenjang pendidikan fisioterapi, untuk saat ini Pendidikan Fisioterapi masih didominasi pendidikan vokasi pada tingkat Diploma-3 alias ahli madya.
.
.
Lalu apa sih perbedaan antara D3, D4, dan S1 + Profesi?
Pertama tentu saja fokus pendidikannya. Jika pendidikan vokasi lebih menekankan pada penerapan atau praktikum, sedangkan untuk pendidikan akademik sarjana lebih banyak teori.
Lalu apa pentingnya mempelajari banyak teori di tingkat sarjana?
Selayaknya dokter, seorang sarjana fisioterapi juga dibekali kemampuan dalam mendiagnosis penyakit dan menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dialami.
Selain itu, sarjana fisioterafis juga bisa menjelaskan bagaimana penyakit itu bisa terjadi, dan apa yang harus dilakukan. Apakah pasien tersebut harus dibawa ke dokter dulu atau bisa sembuh hanya dengan datang ke fisioterapis.
Di beberapa perguruang tinggi pendidikan sarjana langsung digabung dengan pendidikan profesi. Selain itu, selayaknya seorang dokter, lulusan pendidikan profesi juga akan mendapatkan gelar tambahan yaitu ftr.
.
Sedangkan kalau fisioterapis hanya lulusan D3, untuk mendapatkan pasien harus melalu rujukan dokter. Hal ini dikarenakan lulusan D3 belum memiliki pengetahuan sedalam lulusan sarjana.
Apalagi kalau mau buka praktik mandiri. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Dan Praktik Fisioterapis disebutkan bahwa fisioterapis dapat menjalankan praktik pelayanan fisioterapi secara mandiri atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan dengan syarat harus merupakan fisioterapis profesi atau fisioterapis spesialis.
Disebutkan pula Fisioterapis Ahli Madya (D3) dan Fisioterapis Sarjana Terapan (D4) hanya dapat bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan dan harus bekerja di bawah pengawasan fisioterapis profesi atau fisioterapis spesialis.
Tapi kalau misal terlanjur mengambil pendidikan vokasi, tidak usah khawatir. Beberapa perguruan tinggi membuka program ekstensi dan penyetaraan dari pendidikan vokasi ke pendidikan akademik.
.
.
.
Terakhir, terkait pertanyaan di awal tadi, jangan salahkan jika masyarakat lebih memilih ke tukang pijat urut dibandingkan ke fisioterapis atau jika menganggap fisioterapis tidak lebih dari sekedar tukang pijat.
Justru disinal peran tambahan lulusan fisioterapi. Tidak hanya menunggu datangnya pasien, fisioterapis juga harus aktif dalam memperkenalkan dan mempromosikan profesinya kepada masyarakat.
Jangan hanya bisa mengeluh dan berpasrah dengan kondisi masyarakatnya. oke?
.
.
.
Bagaimana? Sampai disini sudah ada sedikit gambaran tentang Prodi Fisioterapi?
Tertarik?
Tapi sebelum memutuskan menjadi fisioterapis, agar tidak salah jalan, kenali lebih dalam lagi tentang program studi ini dengan membaca ulasan ini sampai tuntas. Oke?
Semangat!
Ketua Umum IFI (Ikatan Fisioterapi Indonesia), Ali Imron memaparkan jumlah tenaga fisioterapi di Indonesia masih terlampau jauh ketimbang negara lainnya.
...Di tanah air, lanjutnya, satu orang fisioterapi ideal menangani 35 ribu orang. Sedangkan di Jepang, satu orang fisioterapi hanya mengatasi 5 ribu orang, atau satu banding 5 ribu.
Saat ini makin banyak sekolah yang menyediakan jurusan fisioterapi. Ini adalah sekolah yang terbilang murah dibanding jurusan tenaga kesehatan lainnya. "Untuk sekolah fisioterapi enggak mahal. Karena lebih murah dari pada profesi kesehatan lainnya" tambahnya.
✤ Sumber: tribunnews.com
Mata Kuliah Semester 1
Mata Kuliah Semester 2
Mata Kuliah Semester 3
Mata Kuliah Semester 4
Mata Kuliah Semester 5
Mata Kuliah Semester 6
Mata Kuliah Semester 7
Mata Kuliah Semester 8
✤ Sumber: Kurikulum PS Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Malang
Melda Ramadona
saya pernah mendengar masyarakat kita mengatakan
" Oo fisioterapi itu tukang urut kan?"
what ??? kita fisioterapi di bilang tukang urut ??
...
jangan sama kan kita dengan itu.
fisioterapi itu ga hanya instan kayak tukang urut yang gak ada belajar apa itu otot, kulit, tulang, mereka tukang urut kan ga ada belajar anatomi mereka tukang urut itu belajar instan atau bahkan ada yang sembarang dan ga tau manfaat. dan tukang urut itu ga ada yang punya ijazah yang mengatakan mereka resmi jadi tukang urut. ga ada kan ???
sementara fisioterapi atau fisioterapis (Orang yg telah resmi atau lulus dari kuliah dan memiliki izin kerja) tidak langsung instan. kita fisioterapis itu harus menempuh jenjang pendidikan minimal 3 tahun untuk bisa mendapatkan ijazah dan surat izin kerja. kita fisioterapis legal bukan seperti tukang urut yang hanya kerja sembarangan tidak tau anatomi nya.
✤ Baca selengkapnya di alwaysmeft.blogspot.com
Diana Putri Maharani
Kenapa diana milih di udayana?
...Dan setau diana fisioterapi S1 yang udah plus profesi (co-as nih maksudnya) adanya baru di udayana sama di esa unggul.
Lha terus kalo yang univ lainnya? Ya habis lulus S1, gak bisa profesi. Alias mandek di gelar sarjana, tapi mereka gak boleh buka praktek karena belum melakukan profesi.
Kalo mereka mau ambil profesi, mereka harus mendaftar lagi untuk profesi di kampus yang sudah memiliki profesi seperti udayana contohnya hihihi *promosi*.
Kecuali ya kalo mereka memilih menjadi pendidik kayak dosen gitu, habis dapet gelar sarjana, boleh kok gak ambil profesi tapi langsung kuliah S2 gitu juga gapapa, gak masalah.
...
Oiya ada yang lupa, pasti ada yang tanya urusan gaji ya? Hehehehe. Kan kalo dokter umum sekarang ada BPJS huhuhu kasian. Kalo fisioterapis sendiri khususnya di Bali biasanya kaya-kaya lho.
Ada yang bawa anaknya ke fisioterapis karena anaknya tumbuh kembangnya terhambat, dia sekali datang ke fisioterapis itu bayar 75 ribu, padahal supaya anaknya bisa kembali normal itu dibutuhkan datang ke fisioterapis berkali-kali.
Bayangin, satu pasien aja udah berapa itu ya? Trus ada juga yang 100 ribu, tergantung dari penyakit dan penanganannya sih. Banyak kan gajinya?
Buat alatnya sendiri pun gak banyak kok. Setau diana alat fisioterapi itu ada 10, gak sebanyak dan serinci kayak dokter gigi. Kalo dokter gigi sih, kursinya aja udah berapa ratus juta *katanya*. Kalo fisioterapi ranjang aja cukup lah hihihi.
Hmm... Kayaknya segitu aja deh yang bisa diana sharing nih. Kalo semisal kalian ada yang berminat bisa kok nyoba masuk fisioterapi sebagai pilihan lain dari kedokteran umum. Kalo juga ada yang ditanyakan, seperti biasa bisa kontak diana via aja boleh...
✤ Baca selengkapnya di heiidiana.com
Dyan Selvina
Dalam perkuliahannya banyak praktek yang harus dijalani oleh mahasiswa Fisioterapi, “Deadline laporan praktek yang tiap minggu harus dikumpulkan, belum lagi tugas kuliah yang selalu menumpuk dan ditambah perkuliahan yang setiap hari pulang sore” papar Ricky (21) secara lengkap.
“Belum lagi ditambah ikut study club yang dimulai malam. Study club adalah kelompok belajar, ada 4 study club yaitu sport physio, fisiopedi, geriatric, dan neuro” tambah Ricky (21).
Sehingga banyak banget kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa Fisioterapi baik saat jam perkuliahan maupun di luar jam perkuliahan.
Fisioterapi memiliki 2 kelas besar yang tiap kelasnya ada sekitar 50 mahasiswa dan dibagi dalam 4 kelas praktek. “Beruntungnya saya memiliki teman kelas yang sangat kompak dan memiliki rasa kekeluargaan yang sangat erat...
✤ Baca selengkapnya di dyanselvina11.blogspot.com
Seseorang yang sudah menyelesaikan Pendidikan Fisioterapi memiliki peluang kerja yang sangat luas dan tidak terbatas di rumah sakit saja, namun juga dapat dikembangkan hingga Praktek Mandiri, Home care, klub-klub olah raga, Fitness center, lembaga-lembaga khusus bidang olah raga serta cabang-cabangnya (KONI, PSSI dll).
Program Studi Sarjana Fisioterapi Akreditasi A
Program Studi Sarjana Fisioterapi Akreditasi B
Program Studi Sarjana Fisioterapi Akreditasi C
Program Studi D-IV Fisioterapi Akreditasi B
Program Studi D-IV Fisioterapi Akreditasi C
Program Studi D-III Fisioterapi Akreditasi A
Program Studi D-III Fisioterapi Akreditasi Baik Sekali
Program Studi D-III Fisioterapi Akreditasi B
Program Studi D-III Fisioterapi Akreditasi Baik
Program Studi D-III Fisioterapi Akreditasi C
✤ Sumber: banpt.or.id diakses 21 April 2021